Kaum cingkrang girang sebab Raja nya yang selalu dielukan akan datang ke Indonesia, bawa duit hingga triliunan rupiah. Mereka lalu berasumsi dan berbangga diri, seolah mengatakan,”Nih, jagoan gue, pemimpin yang sesungguhnya amat kaya, bawa uang buat kemaslahatan umat, dan gue bakalan kecipratan”. Mereka lalu mengarang cerita bahwa Raja Salman datang karena dukung FPI, bahkan ada yang mengada-ngada, Raja akan bertemu Rizieq dan itu menunjukkan dia mendukung Anies-Sandi. Haha, mereka ini kerjanya memang cuma demo, jadi wajar tidak tahu perekonomian dunia, termasuk negara yang sering dibangga-banggakannya. Catet ya, RAJA SAUDI DATANG KE INDONESIA KARENA KONDISI EKONOMI NEGARANYA NYA COLLAPSE ALIAS AKAN BANGRUT!
Sebagaimana diketahui, Saudi itu kaya hanya karena minyak. Negara ini punya cadangan minyak terbesar kedua setalah Venezuela. 90% ekspornya bergantung pada minyak, hanya 10% sektor non minyak. Apa artinya? jika cadangan minyak Saudi habis maka ia seperti gelandangan miskin yang tak punya apa-apa. Berdasarkan data dari wikipedia, Saudi kini defisit APBN (government budget) sebesar 16% pada tahun 2015, dan minus 10% tahun 2016 . Atau bisa dikatakan belanja negara 840 M Real tapi 320 M diambil dari hutang atau hampir 40% .
Bandingkan dengan Indonesia yang hanya defisit 2%. Defisit 2% itu normal, sama seperti negara maju lainnya. Jadi kalau ada yang menggembor-gemborkan hutang Indonesia, dia perlu baca ekonomi lagi, hehe! Hutang belum tentu defisit, Bro!
Cerita Saudi kaya itu hanya cerita masa lalu. Negara gurun ini memang kaya, sebelum Amerika menemukan shale gas. Sejenis gas alam yang terdapat dalam batuan lunak/serpihan, yang di dalamnya mengandung minyak dan gas. Batuan ini dengan teknologi khusus bisa diolah menjadi bahan bakar. Uniknya, bahan bakar ini bisa terbarukan. Dengan kata lain energi dari Shale Gas tak mungkin habis seperti halnya minyak dan batu bara.
Sebelum Amerika menemukan teknologi ini, harga minyak selalu tinggi dan bisa dimainkan oleh negara penghasil minyak dan sekutunya. Negara Arab saat itu memang sombong, mentang-mentang mereka penghasil minyak tertinggi, dan seluruh orang di dunia memerlukannya, mereka lantas pasang harga seenak perut sendiri. Berdasarkan data dari wikipedia, harga minyak tertinggi adalah pada tahun 2008, yang menyentuh angka 147,30 per barrel, atau jika dikurskan sekarang (1 US 13.000) adalah 1,9 juta. klik di sini. Indonesia tentu tak punya pilihan. Negara tetap mengimpor minyak dan mengeluarkan budget besar-besaran untuk mensubsidi. Kas negara langsung keok, tak mampu mencukupi pengeluaran.
Tapi kini Saudi terseok. Ekonominya makin melambat. Harga minyak dunia tak kunjung membaik. Amerika yang menjadi sekutunya seolah seperti Malin Kundang. Ia menyusu pada Saudi, tapi setelah kaya dan punya minyak sendiri, ibu susuannya ditendang. Amerika yang konsumsi minyaknya paling tinggi, tak lagi beli minyak. Begitu juga dengan China. Proyek ‘Kingdom Tower’ yang digadang-gadang gedung tertinggi di dunia pun tersendat. Ekonomi lesu , minyak juga tak laku. Saudi kehilangan konsumen. Ia terpaksa banting harga, saat ini harga minyak mentah Saudi 54 dollar US. Bahkan pada lalu Febuari 2016 mencapai titik terendah, hanya 28 Dollar AS per Barrel.
Saudi rupanya masih ingin memainkan harga minyak . Suriah yang mempunyai akses langsung ke laut tengah (laut penghasil minyak) harus dikuasai. Maka ia terjun dalam konflik Suriah. Ia melatih pemberontak dan mengirim pasokan senjata dan pangan. Tapi sungguh malang, Suriah tak dapat direbut, dan pemberontak berkhianat. Saudi makin keok. Uang sudah habis. Mereka harus cari cara bagaimana cadangan uang tetap bisa membiayai pengeluaran dalam dan luar negeri.
Adalah Jokowi, lelaki kurus yang sering dihina kaum cingkrang yang bisa mengambil hati. Jokowi sangat cerdas dan lincah. Terbukti ia bisa memanfaatkan kesempatan. Saudi yang tengah bingung mau dibuat apa uang yang tersisa langsung didatangi. Ia menawarkan kerja sama. Dengan diplomasi yang sangat brilian, ia berhasil meyakinkan sang raja untuk ‘menabung’ di Indonesia. Seperti layaknya ‘sales’, Jokowi pasti menjanjikan keuntungan besar, jika Saudi mau menggelontorkan uang yang tersisa itu.
Sang raja terpikat. Indonesia di matanya memang bisa diandalkan. Indoensia tak pernah memihak pada negara manapun. Saat perang Suriah, Indonesia tetap mengambil jalan netral, tidak memihak pada Suriah ataupun Saudi. Masalah Indonesia juga kerjasama dengan Iran, musuh bebuyutan Saudi, tak terlalu dipikirkannya.
Saudi sudah bertekad untuk menggelontorkan uang yang tersisa itu untuk diputar. Uang itu diinvestasikan ke berbagai sektor, mulai dari minyak, wisata, perumahan, dan lain-lain.
Baik, Saudi akan investasi di bidang pariwisata, katakanlah sebagian di Bali. Lalu bagaimana caranya agar investasi itu cepat menghasilkan keuntungan? Ya iklanin dong, biar banyak yang mau datang ke Bali. Maka, sang Raja bawa pasukan, anak-cucu dan handai-tolan. Tak tanggung-tanggung 1.500 orang. Bali pasti langsung disorot wartawan luar ngeri. Mereka pasti akan mengikuti kegiatan keluarga kerjaan berplesiran. Ini sih hitung-hitung iklan gratis, Indonesia tak perlu susah payah mengiklankan lagi, hehe. Kalau ada anggapan raja foya-foya, padahal ekonominya sedangkan sedang lesu, sudahlah tak usah syirik. Siapa tau Sang Raja pakai kocek sendiri.
Sekarang FPI dan kaum cingrang pasti gigit jari. Di keterangan Dubes Saudi untuk Indonesia sudah ditegaskan Raja Salman tak akan menemui pimpinan FPI. Duh, duh.. saya yakin mereka pasti sakit hati, mungkin rasanya seperti dikhianati pacar yang kabur sama selingkuhannya. Tidak terima kenyataan, mereka membuat berita bohong, Raja Saudi akan temui Rizieq nanti di bali. Bah! Ada-ada aja sampeyan ini Bib!
Sudah tahu Saudi menggaet Jokowi agar keuangannya tidak collapse, masih saja mau berharap. Kalau Raja menemui Jokowi hanya untuk dukung FPI, sama saja Raja bunuh diri. Jokowi ini diguncang fitnah sana sini, Kementrian Keuangan dan Menterinya serta Peruri jadi resah gara-gara FPI, bu Mega jadi marah gara-gara FPI. Lantas sekarang mau ngaku-ngaku Raja Salman datang hanya untuk FPI? Haha..ketawa dulu deh, mereka memang banyak berkhayal. Tapi bisa jadi Raja Salman menemui Rizieq empat mata di Bali, bukan untuk mendukungnya tapi untuk ‘menjewernya’, sambil bilang, “Sudah bib, jangan teruskan aksimu! Jokowi sekarang jadi temanku. Kalau masih ngotot juga aku botak kepalamu!”hehe.
Well, kita patut berbangga diri. Bisa jadi kerjasama antara Iran-Indonesia dan Saudi-Indonesia ini akan mengakhiri gerakan radikal di negara tercinta. Setelah Indonesia datang ke Iran toh suara-suara yang dulu sering ‘ganyang Syiah’ ato apalah sudah berkurang. Ustadz-ustadz yang dulu ceramah menggebu-gebu untuk memerangi Syiah, seperti Arifin Ilham akhirnya melempem. Begitu juga dengan kaum cingkrang, saya berharap setelah kunjungan kenegaraan ini mereka tutup mulut atau tumpas ke akar-akar nya. Dan jika kerjasama ini nantinya bisa meredam konflik Saudi-Iran, maka Indonesia layak dinobatkan menjadi negera paling berpengaruh di dunia.
Well,kami bangga. BRAVO, Pak Jokowi!
Sumber info: seword.com